Minggu, 21 Juli 2013

Johari Zein: JNE Sukses Tanpa Suap

ESQ-News:


Di era makin merebaknya online shop, siapa yang tidak mengenal Jalur Nugraha Ekakurir yang lebih populer dikenal dengan nama JNE. Kesuksesan JNE tidak lepas dari tangan dingin Johari Zein menangani perusahaan pengiriman logistik di Indonesia tersebut.

Ternyata jiwa entrepreneur Johari Zein telah dipupuk sejak ia masih kanak-kanak yang dibesarkan di lingkungan pasar. Mungkin bisa dibilang jiwa berbisnis Johari sudah ada sejak lahir, karena terlahir dari keluarga yang suka berbisnis atau berwirausaha.

Kakeknya adalah seorang pembuat dan penjual roti yang tergolong sukses. Sepulang sekolah, hampir setiap hari Johari ke rumah sang kakek melihat barang mentah diolah menjadi barang jadi sehingga mempunyai nilai jual yang lebih. Ayahnya seorang pedagang antar kota hingga ke negeri seberang, Singapura.

Lulus kuliah, lelaki kelahiran Medan ini bekerja di hotel bintang lima ternama di Jakarta. Berkat keuletannya, ia berhasil meraih posisi supervisor kurang dari tiga tahun dari posisi awal seorang kasir, auditor, dan kemudian supervisor. Tapi, ia tidak puas bekerja di sana karena perusahaan asing.

Johari kemudian bekerja di perusahaan pengiriman barang. Di tempat ini, alumni Sekolah Tinggi Perhotelan dan Pariwisata Trisakti tersebut mendapat banyak ilmu baru, bagaimana mengelola perusahaan kurir. Sekitar lima tahun bekerja, ia kembali keluar karena tempatnya bekerja juga dikelola asing.

“Kenapa kita harus memakai jasa perusahaan asing untuk melayani Indonesia, padahal yang kerja orang Indonesia juga. Sementara perusahaan kurir di Indonesia belum ada yang bisa diandalkan,” tanyanya.
Dengan modal dari orangtua, Johari memberanikan diri untuk mendirikan perusahaan pengiriman barang dengan nama Pronto. Karena belum memiliki pengelolaan uang yang baik, perusahaan tersebut mengalami kesulitan likuiditas.

Mendengar kabar ini, Gideon Wiraseputra dari PT. Titipan Kilat (Tiki) menghubungi Johari untuk membuat usaha baru. Dengan keahlian yang dimiliki, pada 1990 dibentuklah perusahaan Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). Johari tak berhenti membangun perusahaan baru­nya. Berkat kegigihan dan usa­hanya, dari hari ke hari perusahaan yang ia pimpin mulai dikenal serta mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia.

“Dibangunnya JNE dengan visi menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan mutu dan kualitas kelas dunia,” terangnya.

Di tengah puncak karirnya, ia mengikuti pelatihan ESQ. Dia berharap dengan training ini akan membantu dan memberikan dampak positif bagi karir serta perusahaannya. Di luar dugaannya, ternyata training ESQ tidak hanya mengajarkan tentang kepemimpinan tetapi juga mengajarkan spiritualitas.

Usai training, Johari merasakan suatu pengalaman yang sangat dahsyat bahwa keangkuhannya telah runtuh. Dahulu ia menganggap segala keberhasilan yang didapatnya karena hasil kerja keras serta keuletannya semata dan ia selalu mendewakan harga diri.

“Saya baru sadar ternyata ke­suksesan yang saya dapat itu dari Allah dan kita kecil di hadapannya,” ungkap alumni ESQ Eksekutif ang­katan 32 tahun 2005.

“Subhanallah saya menemukan suatu perubahan dalam diri, dulu saya ingin dianggap, selalu mengejar jabatan atau status, sering tersinggung dan kecewa jika status itu tidak dapat saya gapai. Insya Allah penyakit itu sudah keluar semua dan di ESQ saya tersadar bahwa kita ini bukanlah apa-apa, karena Allah adalah Sang Maha Pencipta,” tandasnya.

Selesai training hari kedua, Johari langsung menelpon jajaran JNE untuk membersihkan segala penghasilannya dari rezeki yang berindikasi sogok-menyogok. “Kita harus mencari rezeki yang bersih baik dari niat maupun caranya,” jelas pria yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif di JNE ini.


Peraih penghargaan ‘Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya’ dari Presiden RI ini kemudian mengumpulkan seluruh manager dan menetapkan untuk menghentikan semua kontrak melalui pemberian komisi yang tidak terbuka. “Di dunia bisnis sesungguhnya sering terjadi uang sogok­an atau uang komisi, itu semua untuk pelicin.” Selengkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar