ESQ-News:
Di era makin merebaknya online shop, siapa yang tidak mengenal Jalur Nugraha
Ekakurir yang lebih populer dikenal dengan nama JNE. Kesuksesan JNE tidak lepas
dari tangan dingin Johari Zein menangani perusahaan pengiriman logistik di
Indonesia tersebut.
Ternyata jiwa entrepreneur Johari
Zein telah dipupuk sejak ia masih kanak-kanak yang dibesarkan di lingkungan
pasar. Mungkin bisa dibilang jiwa berbisnis Johari sudah ada sejak lahir,
karena terlahir dari keluarga yang suka berbisnis atau berwirausaha.
Kakeknya adalah seorang pembuat dan penjual roti yang tergolong sukses.
Sepulang sekolah, hampir setiap hari Johari ke rumah sang kakek melihat barang
mentah diolah menjadi barang jadi sehingga mempunyai nilai jual yang lebih.
Ayahnya seorang pedagang antar kota hingga ke negeri seberang, Singapura.
Lulus kuliah, lelaki kelahiran Medan ini bekerja di hotel bintang lima
ternama di Jakarta. Berkat keuletannya, ia berhasil meraih posisi supervisor
kurang dari tiga tahun dari posisi awal seorang kasir, auditor, dan kemudian
supervisor. Tapi, ia tidak puas bekerja di sana karena perusahaan asing.
Johari kemudian bekerja di perusahaan pengiriman barang. Di tempat ini,
alumni Sekolah Tinggi Perhotelan dan Pariwisata Trisakti tersebut mendapat
banyak ilmu baru, bagaimana mengelola perusahaan kurir. Sekitar lima tahun
bekerja, ia kembali keluar karena tempatnya bekerja juga dikelola asing.
“Kenapa kita harus memakai jasa perusahaan asing untuk melayani Indonesia,
padahal yang kerja orang Indonesia juga. Sementara perusahaan kurir di
Indonesia belum ada yang bisa diandalkan,” tanyanya.
Dengan modal dari orangtua, Johari memberanikan diri untuk mendirikan
perusahaan pengiriman barang dengan nama Pronto. Karena belum memiliki
pengelolaan uang yang baik, perusahaan tersebut mengalami kesulitan likuiditas.
Mendengar kabar ini, Gideon Wiraseputra dari PT. Titipan Kilat (Tiki)
menghubungi Johari untuk membuat usaha baru. Dengan keahlian yang dimiliki,
pada 1990 dibentuklah perusahaan Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). Johari tak
berhenti membangun perusahaan barunya. Berkat kegigihan dan usahanya, dari
hari ke hari perusahaan yang ia pimpin mulai dikenal serta mendapat tempat di
hati masyarakat Indonesia.
“Dibangunnya JNE dengan visi menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan
mutu dan kualitas kelas dunia,” terangnya.
Di tengah puncak karirnya, ia mengikuti pelatihan ESQ. Dia berharap dengan
training ini akan membantu dan memberikan dampak positif bagi karir serta
perusahaannya. Di luar dugaannya, ternyata training ESQ tidak hanya mengajarkan
tentang kepemimpinan tetapi juga mengajarkan spiritualitas.
Usai training, Johari merasakan suatu pengalaman yang sangat dahsyat bahwa
keangkuhannya telah runtuh. Dahulu ia menganggap segala keberhasilan yang
didapatnya karena hasil kerja keras serta keuletannya semata dan ia selalu
mendewakan harga diri.
“Saya baru sadar ternyata kesuksesan yang saya dapat itu dari Allah dan
kita kecil di hadapannya,” ungkap alumni ESQ Eksekutif angkatan 32 tahun 2005.
“Subhanallah saya menemukan suatu perubahan dalam diri, dulu saya ingin
dianggap, selalu mengejar jabatan atau status, sering tersinggung dan kecewa
jika status itu tidak dapat saya gapai. Insya Allah penyakit itu sudah keluar
semua dan di ESQ saya tersadar bahwa kita ini bukanlah apa-apa, karena Allah
adalah Sang Maha Pencipta,” tandasnya.
Selesai training hari kedua, Johari langsung menelpon jajaran JNE untuk
membersihkan segala penghasilannya dari rezeki yang berindikasi sogok-menyogok.
“Kita harus mencari rezeki yang bersih baik dari niat maupun caranya,” jelas
pria yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif di JNE ini.
Peraih penghargaan ‘Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya’ dari Presiden
RI ini kemudian mengumpulkan seluruh manager dan menetapkan untuk menghentikan
semua kontrak melalui pemberian komisi yang tidak terbuka. “Di dunia bisnis
sesungguhnya sering terjadi uang sogokan atau uang komisi, itu semua untuk
pelicin.” Selengkapnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar